Arsip
Kata Kerja
B
Beudöh / Beudoh : Bangun
Beu’et / Beu’ôt : Angkat
Beuët / Baca : Baca
Bleuët : Buka mata
Blië : Mempelototi
C
Cang : Mencincang
Ceuë : Mencoret
Cicèp : Mencicipi
Cök / Cok : Ambil
Côm : Mencium
Cr‘ah : Menumis
Creuë : Memangkas
Cucô : Membilas
Tajwid dalam Bahasa Aceh
Ternyata Bahasa Aceh ada tajwidnya juga! Anda mungkin tidak percaya dengan omongan saya, tapi dalam Bahasa Aceh memang bettul-bettul ada tajwid, yaitu HUKUM IKHFA’ dan IQLAB. Tak caye, sila tengok!
Ikhfa’
Orang-orang Aceh tidak sadar kalau dalam Bahasa Aceh ada hukum Ikhfa’. Dalam ilmu tajwid Ikhfa’ adalah setiap nun mati (bunyi /n/) atau tanwin (juga bunyi /n/) berjumpa dengan huruf-huruf tertentu maka akan dibaca samar-samar. Dalam bahasa Aceh pun ada! Perhatikan:
Nama-nama Arab dalam Lidah Aceh
Berikut adalah nama-nama Bahasa Arab menurut pengucapan lidah orang Aceh.
Nama-nama nabi dan rasul:
Nama Nabi | Bahasa Aceh | |
Lengkap | Singkatan | |
Adam | Adam | |
Idris | Ideurih | Deurih, Rih |
Nuh | Noh | |
Hud | Hôd | |
Saleh | Salèh | |
Ibrahim | Ibrahim | Brahim |
Luth | Lôt | |
Ismail | Iseuma‘è | Ma‘è |
Ishak | Iseuhak | Seuhak |
Yakub | Yakôb | Akôp |
Baca selengkapnya… |
Awalan pa-, sa- dan tu-
Imbuhan ini hanya dapat dipasangkan dengan 14 kata istimewa berikut ini.
I. Awalan Pa-
Awalan pa- berfungsi sebagai kata bantu tanya.
Contoh:
Pa + Ban –> Paban (bagaimana)
Pa + Dit –> Padit (seberapa dikit = berapa)
Pa + Dum –> Padum (seberapa banyak = berapa)
Pa + Ho –> —
Pa + Jan –> Pajan (kapan)
Pa + Kön –> Pakön (kenapa)
Pa + Kri –> Pakri (bagaimana)
Pa + Nè –> Panè (dari mana)
Pa + ‘Oh –> Pa‘oh (sejauh mana)
Pa + Pat –> —
Pa + Peuë –> —
Pa + Ri –> —
Pa + Soë –> —
Pa + Töh –> —
Pengaruh Bahasa Bante Terhadap Bahasa Aceh
Penduduk asli Aceh adalah suku Bante. Dalam buku Aceh Sepanjang Abad yang ditulis oleh Mohammad Said disebutkan bahwa suku ini serumpun dengan penduduk asli semenanjung Malaysia yaitu Orang Asli. Bahasa Orang Asli termasuk dalam kelompok bahasa Mon-Khmer yaitu salah satu cabang dari rumpun bahasa Austro-Asia. Termasuk juga dalam bahasa Mon-Khmer adalah bahasa penduduk Kepulauan Nikobar di utara Pulau Weh yang kini bagian dari negara India. Namun demikian bahasa Aceh tidak termasuk dalam kelompok bahasa Mon-Khmer, tetapi termasuk dalam kelompok bahasa Aceh-Cam yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia.
Ada hal yang menarik dari hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti asing yaitu Paul Sidwell. Ia menemukan bahwa ada banyak kata-kata dalam bahasa Aceh yang seakar dengan kata-kata bahasa Mon-Khmer tetapi kata-kata ini tidak dijumpai dalam kelompok bahasa Cam. Nah, yang menjadi pertanyaan, dari manakah kata-kata ini berasal???
Memurnikan Bahasa Aceh
Berikut adalah sekian banyak kata-kata yang sebenarnya bukan bahasa Aceh tetapi sudah merasuki bahasa Aceh cukup dalam. Apabila tidak segera diantisipasi, maka nasib kata-kata asli bahasa Aceh akan punah.
Daripada Nibak
Seuréng Kayém
Belajar Meurunoë
Rajin Jeumot
Lurus Teupat
Belok Wét
Senin Seunanyan
Begadang Meujaga
Salat
Sama seperti pada bahasa Melayu, bahasa Aceh asli tidak mengenal kata salat. Yang dipakai adalah kata seumayang (sembahyang). Namun seiring dengan upaya-upaya pemurnian ajaran Islam, kini kata salat mulai dibangkitkan. Jadi, terserah pada Anda untuk menggunakan yang mana.
Jéh, ka jibang.
Sudah azan tu.
Hay, ka suboh.
Oi, sudah subuh.
Dalè ka’éh! Le teungeut ngon jaga!
Asik tidur kau! Banyak tidur daripada bangun!
Bôh jak taseumayang/tasalat lèë*.
Yuk kita shalat dulu.
Tajak u meuseujid jak.
Ke mesjid yuk.
Perkenalan 2
Dalam percakapan sebelumnya, percakapan terjadi antara sesama orang Aceh. Berikut adalah percakapan antara orang Aceh dengan orang dari luar Aceh.
Assalaamu ’alaykum.
Wa ‘alaykum salaam.
Nan droëneuh soë?
Nama Anda siapa?
Nan lôn Agam. Nan droëneuh?
Nama saya Agam. Nama Anda?
Nan lôn Ahmad.
Nama saya Ahmad.
Pat neuduëk?
Di mana Anda tinggal?
Imbuhan dalam Bahasa Aceh
Apabila kita abaikan bentuk-bentuk imbuhan kata ganti yang telah kita bahas sebelumnya, maka jumlah imbuhan dalam bahasa Aceh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan jumlah imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia. Juga imbuhan dalam bahasa Indonesia lebih rumit dibandingkan dengan imbuhan dalam bahasa Aceh.
Bila dalam bahasa Indonesia dijumpai bentuk imbuhan yang menyatakan pelaku (awalan pe-) atau dalam bahasa Arab disebut faa‘il, maka dalam bahasa Aceh tidak dikenal imbuhan untuk menyatakannya. Juga tidak dijumpai bentuk imbuhan yang sepadan dengan imbuhan pe- -an, per- -an dan ke- an. Demikian pula halnya dengan akhiran, tidak dijumpai dalam bahasa Aceh.
Sehingga permasalahan utama dalam penerjemahan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh adalah bagaimana cara menerjemahkan ketiga gabungan imbuhan di atas, yaitu pe- -an, per- -an dan ke- -an. Misalkan bagaimana menerjemahkan kata penyatuan, persatuan dan kesatuan.
Untuk permasalahan ini, akan kita bahas dalam tulisan tersendiri.
AWALAN
I. Awalan Meu-
Awalan meu- memiliki makna yang hampir sama dengan awalan ber- seperti dalam bahasa Indonesia. Awalan meu- berubah menjadi mu- apabila berjumpa dengan kata berawalan huruf /b/, /m/, /p/ dan /w/. Perubahan ini tidak terdapat pada semua dialek. Beberapa dialek tetap mempertahankan bentuk aslinya.
Tanggapan Terakhir